Pengoptimalan Pembelajaran Ilmu Akuntansi dengan Neuroscience
Akbar
Kurnianto (8335151596)
BAB 1
LATAR BELAKANG
Dewasa ini, ilmu akuntansi merupakan ilmu yang sudah
lazim di tengah-tengah masyarakat. Berbagai macam sektor mulai dari bisnis,
industri, hingga pemerintahan tentunya menggunakan ilmu akuntansi guna membantu
mengelola keuangan lembaga.
Oleh karena minatnya yang begitu tinggi di pasar
tenaga kerja, banyak universitas yang berbondong-bondong membuka program studi
akuntansi untuk memenuhi permintaan pasar. Bukan hanya dari penyelenggara
pendidikan, masyarakat sebagai konsumenpun juga berbondong-bondong mengambil
studi ilmu akuntansi sebagai amunisi mereka dalam mencari pekerjaan. Tak heran,
program studi akuntansi yang diwakilkan oleh Universitas Negeri Jakarta
berhasil menempati posisi ketiga sebagai program studi dengan keketatan
persaingan tertinggi dalam SNMPTN 2018 (Ibtisam, https://www.youthmanual.com/post/dunia-sekolah/persiapan-kuliah/pengumuman-snmptn-2018-jurusan-dengan-keketatan-persaingan-tertinggi).
Namun, tak jarang ilmu akuntansi juga disebut sebagai
ilmu yang sulit dipahami. Barbagai macam kalkulasi secara terperinci,
klasifikasi akun-akun, dan juga penyusunan laporan kadang menjadi alasan
mengapa ilmu ini sukar untuk dipahami.
Disatu sisi, kemampuan otak manusia dalam menyerap
berbagai macam ilmu di dunia ini berbeda-beda. Masih terdapat berbagai misteri
yang ada pada ruang kecil penyimpanan manusia ini. Dalam kaitannya dengan ilmu
akuntansi, seberapa jauhkah neuroscience mampu
diterapkan pada ilmu akuntansi? Tulisan ini ditujukan untuk menjawab pertanyaan
tersebut dan juga mengupas lebih dalam tentang ilmu neuroscience, terutama dalam kaitannya dengan ilmu akuntansi.
BAB 2
PEMBAHASAN
A. Pengertian Neuroscience
Menurut
Duncan & Jones (dalam Khosrow-Pour, 2012: 646) Neurosciene adalah studi tentang bagaimana otak berhubungan dengan
fungsi kognitif termasuk cara di mana kita dapat bereaksi terhadap pengalaman
dengan bagian otak yang berbeda, menghasilkan tanggapan yang berbeda terhadap
pengalaman tersebut. Neurscience
menggunakan penggambaran dari akticitas otak dan teknik lainnya untuk mengambil
detil kesimpulan dari bagaimana otak bekerja (Camerer et al., 2005).
B. Memori dan
Obat
Hay (2012: 142) mengusulkan model pengetahuan
antropologis yang membandingkan bagaimana tradisi sosiokultural dan proses
neurologis menciptakan bersama kemungkinan berbeda untuk mengingat. Hay
mengemukakan hal tersebut dalam tiga hal berikut:
Pertama,
ingatan dan obat saling menciptakan satu sama lain secara konstan dalam konteks
lokal. Neurobiologi dari struktur memori tentang pengetahuan diambil dan
diorganisasi di otak dan yang terpenting, bagaimana ia berakumulasi dan menjadi
otomatis melalui proses sosial berkelanjutan dari pengesahan dan pengulangan.
Tradisi sosiokultural dari pengobatan – struktur pembelajaran medis dalam
setiap tradisi dan asumsi tentang pembelajaran yang mendorong struktur-struktur
tersebut – membentuk pengetahuan yang dipandang penting, yang pada gilirannya
membentuk bagaimana memori diorganisasikan, dan akhirnya bagaimana tradisi
medis mempertahankannya dari generasi ke generasi.
Poin kedua, proses penciptaan bersama ini tidak
terbatas pada bidang kedokteran – kapan saja pembelajaran berlangsung, otak dan
dunia sosiokultural setempat berinteraksi, menciptakan dan memprioritaskan
jenis memori tertentu dan dengan demikian cara berpikir tertentu. Obat hanyalah
salah satu contoh bagaimana tradisi pemikiran dan praktik tak dapat direduksi
secara biokultural.
Dan ketiga, untuk memahami semua ini, kita perlu
mengubah cara berpikir kita sendiri, yang telah terlalu lama diperkuat di
lembaga-lembaga akademis dengan memisahkan ilmu-ilmu biologi dari ilmu sosial
dan kemanusiaan secara tidak logis.
Dari pemaparan Hay diatas, kita dapat memahami bahwa
obat dan memori merupakan elemen yang berkaitan satu sama lainnya. Kedua hal
tersebut saling bantu-membantu – secara kesinambungan – guna menumbuhkan
pemahaman pada otak manusia.
Namun, perlu kita pahami bersama, walaupun obat merupakan
elemen penting dalam pembentukan pemahaman dalam otak manusia, tradisi
sosiokultural merupakan hal yang amat fundamental bagi otak manusia. Bagaiaman
manusia berinteraksi, membaca keadaan sekitar, hingga apapun yang dilakukan
manusia, itulah hal yang berperan bagi pembentukan pemahaman bagi manusia.
Hal ini diperkuat dengan anggapan Hay yang mengatakan bahwasanya
social sciences dan natural sciences adalah pemisahan yang tidak
logis yang dilakukan oleh lembaga pendidikan. Kita harus mengubah pola pikir
tersebut dan menanamkan dalam diri kita bahwa seluruh ilmu merupakan suatu
kesatuan yang tidak bisa dipisahkan.
C. Kapasitas
Memori Kerja
Memori kerja (Working
Memory) adalah kemampuan secara sementara untuk mengingat dan memanipulasi
beberapa item yang terlibat dalam
pemrosesan informasi yang diberikan atau dalam tindakan seperti berpikir,
merencanakan, atau menghasilkan motor
output (Rabinovich et al., 2012:
143). Mengingat pernyataan yang beru ini kita dengar dalam sebuah pidato, atau
mengikuti petunjuk ke tempat yang tidak kita ketahui merupakan tugas yang
melibatkan Memori Kerja. Pun juga dengan bahasa yang merupakan aktivitas
berurutan, adalah hal yang didasarkan pada kapasitas kerja.
Kapasitas memori yang dimiliki oleh tiap orang
terbatas. Baddeley (2003) mengungkapkan bahwa properti mendasar dari memori
kerja sangat terbatas pada seberapa banyak informasi yang dapat ditahan secara
bersamaan. Tentunya keterbatasan tersebut didasarkan oleh beberapa faktor.
Eriksson et al. (2015)
mengungkapkan bahwa terdapat dua faktor mengapa terdapat keterbatasan tersebut:
Pertama, jumlah dari informasi yang dapat ditahan sangat tergantung dari apakah
item tersebut dapat dikelompokkan ke
dalam unit yang berarti atau “sampah”. Dengan mengelompokkan informasi
bersama-sama, orang dapat mengeksploitasi informasi yang sudah ada sebelumnya
dalam long-term memory, yang
memungkinkan penyimpanan yang lebih efisien pada memori kerja, kira-kira dengan
mengurangi jumlah elemen aktif yang harus dikelola dalam memori kerja.
Kedua, objek dengan level kompleksitas yang tinggi
mungkin membutuhkan tambahan sumberdaya yang cukup untuk menyelesaikan detail
tersebut. Sehingga, performa memori kerja bisa dikurangi untuk beberapa item kompleks yang disebabkan oeh
kurangnya ketelitian dalam memahami kode.
Dalam konteks pembelajaran ilmu akutansi, kewajaran
dapat kita temukan mengapa akuntansi sulit untuk dipahami bagi beberapa orang.
Hal tersebut disebabkan oleh kompleksitas yang cukup tinggi dari beberapa
komponen akuntansi. Sebut saja memahami double
entry, keseimbangan antara asset =
liability + equity, atau bahkan merancang seluruh financial statement hingga siap disuguhkan kepada user.
Pembelajaran ilmu akuntansi dan Memori Kerja amatlah
berkaitan. Dari uraian di atas, kita harus memahami bahwa memahmi ilmu
akuntansi sekaligus tentulah begitu berat. Mengingat beragam komponen dalam
ilmu akuntansi layaknya menghafal seluruh account
sekaligus pastilah akan membebani otak kita – dalam hal ini adalah memori
kerja kita. Perlu ada diversifikasi atau pembagian ataupun pemahaman step-by-step untuk memahami ilmu
akuntansi.
D. Dopamin dan
Meningkatkan Pembelajaran
Dopamin (DA) adalah katekol-amina menurut struktur
kimianya dan neurotransmitter yang sangat penting untuk kecanduan narkoba
(Korsmeyer and Kranzler, 2008:29). Sistem DA penting dalam menanggapi
rangsangan yang menonjol dan memfasilitasi pembelajaran terkondisi. Rangsangan,
termasuk penghargaan non-obat (seperti makanan) dan berbagai obat yang biasa
disalahgunakan, dapat mengaktifkan sistem mesocorticolimbic. Pemberian opioid,
nikotin, alkohol, dan cannabinoids secara akut semuanya memfasilitasi pelepasan
DA dalam nucleus accumbens melalui tindakan pada area tegmental ventral atau
nucleus accumbens secara langsung. Meskipun berbagai macam obat yang
disalahgunakan umum merangsang pelepasan DA, penting untuk dicatat bahwa DA
bukan satu-satunya neurotransmitter yang terlibat dalam penghargaan. Efek
penguat dari obat yang disebutkan di atas memiliki mekanisme tergantung DA dan
DA-independen.
Selain dari apa yang dipaparkan diatas, dopamin juga
dapat meningkatkan pola pembelajaran suatu individu. Dopamin neuromodulator dan
target yang paling menonjol, striatum telah lama dikenal sebagai titik kunci di
nexus motivasi dan tindakan (Daw, 2008).
Model peningkatan pembelajaran dari dopamin juga
memeliki pengaruh yang penting dalamn memahami pembelajaran dan motivasi pada human cognitive neuroscience. Ada lebih
banyak bukti yang membuktikan bahwa mekanisme midbrain dopamin yang serupa mendaasari adanya variasa dari
penghargaan-berhubungan dengan kebiasaan pada manusia.
E. Peran Neuroscience Dalam Pendidikan
Setiap hari otak kita selalu berubah dan menyesuaikan
melalui berbagai pengalaman yang kita dapatkan seperti belajar, bermain, bahkan
memakan makanan kita. Berbagai ingatan kita dibentuk melalui serangkaian
kinerja saraf di otak kita.
Pada manusia, biasanya perubahan otak maturasi
terbesar terjadi selama awal atau pertengahan masa kanak-kanak, meskipun
beberapa sistem otak menunjukkan perubahan substansial hingga akhir masa
remaja. Selama periode awal hingga pertengahan masa kanak-kanak, jumlah sinaps
(koneksi antar neuron) terbentuk. Overproliferasi awal diikuti oleh periode
pemangkasan, meninggalkan sinapsis yang secara teratur digunakan dan karena itu
fungsional. Ini adalah proses komitmen yang menentukan akhir periode
plastisitas otak maksimum. Perubahan plastisitas tidak sepenuhnya terkait
dengan usia kronologis tetapi sebagian bergantung pada pengalaman. Knowland dan
Thomas (2014) mengungkapkan bahwa terdapat tiga sumber utama dari bukti neuroscience mengenai plastisitas otak
manusia: (1) pemulihan dari cedera otak yang terjadi pada titik-titik yang
berbeda dalam perkembangan; (2) konsekuensi dari deprivasi di awal kehidupan
(paling sering sebagai akibat dari pendengaran pendengaran atau penglihatan
bawaan) dengan paparan lingkungan khas kemudian; dan, (3) mempelajari
keterampilan baru di berbagai titik sepanjang masa hidup.
Satu teori menyatakan bahwa plastisitas otak menurun
ketika sistem menjadi semakin terspesialisasi terhadap fungsi dewasa mereka,
sebuah proses yang melibatkan interaksi dengan lingkungan sebanyak perubahan
yang berkaitan dengan usia di substrat otak (Thomas dan Johnson 2008).
Khususnya meskipun, di hippocampus, di mana konsolidasi memori baru terjadi,
neuron baru terbentuk sepanjang hidup. Proses ini disebut neurogenesis dan
mencerminkan kebutuhan lingkungan untuk terus mempengaruhi pembentukan memori
sepanjang hidup.
Sementara fenomena periode sensitif bergantung pada
sifat sirkuit neural di otak, periode ini juga dapat dipikirkan dalam kaitannya
dengan adaptasi terkait dalam perilaku, yang akan kita fokuskan di sini.
Periode sensitif sangat adaptif karena memungkinkan organisme disetel ke
lingkungan masing-masing. Terlalu banyak plastisitas otak di masa dewasa akan
menghasilkan informasi yang harus terus-menerus dipelajari kembali. Masalah
potensial, bagaimanapun, adalah bahwa jika periode sensitif terjadi di awal
kehidupan, lingkungan yang tersedia untuk individu selama periode tersebut
harus relevan di masa hidup individu tersebut. Dalam kasus pendidikan orang dewasa,
lingkungan belajar berubah sepanjang masa hidup. Oleh karena itu, neurosains
pendidikan tertarik pada cara-cara untuk meningkatkan plastisitas otak dan
memaksimalkan pembelajaran dalam menanggapi perubahan itu.
Dari apa yang dipaparkan di atas, terlihat
kompleksitas neuroscience dalam
kaitannya dengan pendidikan. Terdapat berbagai macam titik vital yang harus
diperhatikan dalam masalah pendidikan. Bahwasanya berada pada pertenghan umur
anak-anak merupakan momen paling vital dalam pembelajaran.
Pada momen tersebut, anak-anak haruslah diberikan
pemahaman yang memadai tentang masa depan yang akan mereka gapai. Pola
pembelajaran dan tentu saja substansi pembelajaran adalah masalah pokok yang
tidak bisa dikesampingkan.
Materi pembelajaran kompleks seperti akuntansi adalah
hal yang harus diperkenalkan jika mereka ingin menggapai masa depan menjadi
seorang ekonom. Walaupun mereka masih belum bisa menentukan secara tepat
seperti apa profesi mereka kelak, namun ini adalah momen yang paling penting
untuk memudahkan atau mengoptimalkan suatu individu guna memahami akuntansi.
Pengoptimalan itu dilakukan dengan tidak membebani
anak-anak dengan materi yang terlalu berat bagi mereka. Sebut saja pengenalan
dengan konsep penjurnalan akuntansi yang mewajibkan mereka untuk mencatat
segala macam transaksi dan menjadikannya dasar dalam penyusunan laporan
keuangan merupakan pola pembelajaran – atau pengenalan – yang tepat dalam ilmu
akuntansi.
Hal tersebut akan menjadi stimulus utama bagi mereka
dan menjadikan mereka tidak akan melupakan momen tersebut – hampir sepanjang
hidup – karena mereka mempelajari akuntansi pada saat momen vital kehidupan
mereka. Hasil yang diharapkan adalah kemudahan individu untuk mempelajari
akuntansi secara lebih dalam di masa yang akan datang – atau lebih tepatnya
saat dewasa.
F. Pembelajaran
Berbasis Otak
Goswami (2004) memaparkan bahwa ada serangkaian metode
yang dapat dilakukan demi meningkatkan kualitas pembelajaran:
a. Bahasa
Meskipun berbagi 98,5% genom kita dengan simpanse, kita manusia dapat
berbicara dan simpanse tidak bisa. Menariknya, gen yang diekspresikan dalam
otak yang sedang berkembang mungkin memegang sebagian dari jawabannya. Sebagai
contoh, gen yang disebut FOXP2 berbeda pada tikus dan manusia dengan 3
perbedaan asam amino, dua di antaranya terjadi setelah pemisahan dari leluhur
manusiawi umum sekitar 200.000 tahun yang lalu. Gen ini terlibat dalam gangguan
perkembangan yang parah dari bahasa dan bahasa yang mempengaruhi kontrol
gerakan wajah dan mulut, 6 Usha Goswami, menghalangi pembicaraan. Secara
syaraf, peniruan vokal yang akurat tampaknya sangat penting untuk perkembangan
kemampuan berbicara. Oleh karena itu ketika masukan linguistik terdegradasi
atau tidak ada karena berbagai alasan (mis., Menjadi tuna rungu, mengalami
gangguan secara lisan), bahasa dan bahasa terpengaruh. Studi pada orang dewasa
normal menunjukkan bahwa pemrosesan gramatikal lebih bergantung pada daerah
frontal otak kiri, sedangkan pemrosesan semantik dan pembelajaran kosakata
mengaktifkan daerah lateral posterior dari kedua hemisfer. Untuk alasan yang
belum dipahami dengan baik, sistem otak yang penting untuk pemrosesan sintaksis
dan tata bahasa lebih rentan terhadap input bahasa yang diubah daripada sistem
otak yang bertanggung jawab untuk fungsi semantik dan leksikal. Studi ERP
menunjukkan bahwa ketika bahasa Inggris diperoleh terlambat karena deprivasi
pendengaran atau terlambat imigrasi ke negara berbahasa Inggris, kemampuan
sintaksis tidak berkembang pada tingkat yang sama atau pada tingkat yang sama.
b. Membaca
Studi neuroimaging pada anak-anak dan orang dewasa menunjukkan bahwa
sistem utama untuk membaca skrip abjad disudutkan ke belahan kiri. Studi-studi
ini biasanya mengukur respon otak terhadap pembacaan kata tunggal menggunakan
fMRI atau ERP. Ulasan dari studi semacam itu menyimpulkan bahwa pengolahan
abjad / ortografi tampaknya terutama terkait dengan area oksipital, temporal
dan parietal Area oksipital-temporal paling aktif ketika memproses fitur
visual, bentuk huruf dan ortografi. Area oksipital-temporal inferior
menunjukkan disosiasi elektrofisiologis antara kata-kata dan non-kata pada
sekitar 180 ms, menunjukkan bahwa representasi ini tidak murni visual tetapi
secara linguistik terstruktur. Aktivasi di daerah temporo-oksipital meningkat
dengan keterampilan membaca, dan menurun pada anak-anak dengan disleksia
perkembangan.
Kesadaran Phonological (kemampuan untuk mengenali dan memanipulasi
komponen suara dalam kata-kata) memprediksi pembacaan akuisisi di seluruh
bahasa, dan proses fonologis tampaknya difokuskan pada persimpangan
temporo-parietal. Ini mungkin situs utama yang mendukung pengkodean ulang huruf
ke suara dan juga terlibat dalam gangguan ejaan. Anak-anak disleksia, yang biasanya
memiliki defisit fonologis, menunjukkan penurunan aktivasi di persimpangan
temporo-parietal selama tugas-tugas seperti memutuskan apakah rima huruf yang
berbeda. Remedasi membaca yang ditargetkan meningkatkan aktivasi di area ini.
Akhirnya, rekaman medan magnet terkait peristiwa pada anak-anak disleksia
menunjukkan bahwa ada organisasi atipikal dari belahan kanan. Ini konsisten
dengan saran bahwa strategi kompensasi yang diadopsi oleh otak disleksia
membutuhkan keterlibatan belahan kanan yang lebih besar dalam membaca.
c. Matematika
Untuk matematika, kognitif neuroscience mulai melampaui model kognitif
yang ada. Telah dikemukakan bahwa ada lebih dari satu sistem saraf untuk
representasi angka. Sistem ‘number sense 'filogenetis yang ditemukan pada hewan
dan bayi serta peserta yang lebih tua, tampaknya mendukung pengetahuan tentang
angka dan hubungan mereka. Sistem ini, yang terletak secara bilateral di area
intraparietal, diaktifkan ketika peserta melakukan tugas-tugas seperti
perbandingan angka, apakah perbandingan melibatkan angka Arab, set titik-titik
atau kata-kata angka. Karena mode presentasi tidak mempengaruhi lokasi komponen
ERP parietal, sistem ini dianggap mengatur pengetahuan tentang jumlah
kuantitas. Studi pengembangan ERP telah menunjukkan bahwa anak-anak muda
menggunakan bidang parietal yang sama untuk melakukan tugas perbandingan angka.
Jenis pengetahuan numerik yang berbeda dianggap disimpan secara lisan, dalam
sistem bahasa. Sistem saraf ini juga menyimpan pengetahuan tentang puisi dan
urutan verbal yang terlalu banyak dipelajari, seperti bulan-bulan dalam
setahun. Secara matematis, hal itu mendukung penghitungan dan pengetahuan yang
didapat dari hafalan seperti tabel perkalian. Sistem linguistik ini tampaknya
menyimpan 'fakta bilangan' alih-alih menghitung perhitungan. Banyak masalah
aritmatika sederhana yang terlalu banyak dipelajari sehingga dapat disimpan
sebagai pengetahuan deklaratif. Perhitungan yang lebih kompleks tampaknya
melibatkan wilayah visuospasial, mungkin membuktikan pentingnya citra mental
visual dalam operasi multi-digit (bentuk yang diinternalisasi dan canggih dari
garis bilangan, lihat Pesenti. Akhirnya, area parietal-premotor yang berbeda
diaktifkan selama penghitungan jari dan juga perhitungan.
Pengamatan terakhir ini dapat menunjukkan bahwa area saraf yang
diaktifkan selama fingercounting (strategi pengembangan untuk memperoleh
keterampilan kalkulasi) akhirnya menjadi bagian yang mendukung keterampilan
manipulasi numerik pada orang dewasa. Jika ini kasusnya, maka penghitungan jari
mungkin memiliki konsekuensi penting bagi otak yang sedang berkembang, dan
harus didorong di sekolah. Bagaimanapun, teknik neuroimaging menawarkan cara
mengeksplorasi pertanyaan semacam itu.
d. Efek
Langsung Pengalaman
Meskipun sering diasumsikan bahwa pengalaman tertentu memiliki efek pada
anak-anak, neuroimaging menawarkan cara untuk menyelidiki asumsi ini secara
langsung. Prediksi yang jelas adalah bahwa pengalaman khusus akan memiliki efek
spesifik, meningkatkan representasi neural di bidang yang relevan dengan
keterampilan yang terlibat. Salah satu bidang pengalaman khusus yang sering
terjadi di masa kecil adalah pengalaman musik. Studi fMRI telah menunjukkan
bahwa pianis terampil (dewasa) memiliki representasi kortikal yang membesar di
korteks pendengaran, khusus untuk nada piano. Pembesaran berkorelasi dengan
usia di mana musisi mulai berlatih, tetapi tidak berbeda antara musisi dengan
pitch absolut versus relatif. Demikian pula, studi MEG menunjukkan bahwa ahli
biola terampil telah memperluas representasi saraf untuk jari-jari tangan kiri
mereka, yang paling penting untuk bermain biola. Jelas, sistem sensorik yang
berbeda dipengaruhi oleh keahlian musik tergantung pada sifat alat musik yang
bersangkutan. Studi ERP juga menunjukkan reorganisasi fungsional
bergantung-ketergantungan pada pembaca Braille. Pembaca Braille yang terampil
lebih sensitif terhadap informasi sentuhan daripada kontrol, dan ini meluas di
semua jari, bukan hanya jari telunjuk. Representasi saraf otot yang terlibat
dalam membaca Braille juga diperbesar. Akhirnya, menarik untuk dicatat bahwa
sopir taksi London yang memiliki 'Pengetahuan' menunjukkan formasi hipokampus
yang diperbesar. Hippocampus adalah area otak kecil yang diduga terlibat dalam
representasi spasial dan navigasi. Di supir taksi di London, hippocampi
posterior secara signifikan lebih besar daripada mereka yang tidak mengendarai
taksi. Selanjutnya, volume hipokampus berkorelasi dengan jumlah waktu yang
dihabiskan sebagai sopir taksi. Sekali lagi, plastisitas lokal ditemukan di
otak orang dewasa sebagai respons terhadap masukan lingkungan tertentu.
e. Tidur dan
Pengetahuan
Gagasan bahwa tidur mungkin melayani fungsi kognitif dimulai dari
setidaknya waktu Freud, dengan analisisnya tentang mimpi. Studi neuroimaging
baru-baru ini menunjukkan bahwa tidur Rapid
Eye Movement (REM) tidak hanya terkait dengan laporan diri bermimpi tetapi
juga penting untuk belajar dan mengingat.
f. Emosi dan
Pengetahuan
Semakin diakui bahwa pembelajaran yang efisien tidak terjadi ketika
pelajar mengalami ketakutan atau stres. Stres dapat membantu dan membahayakan
tubuh. Respons stres dapat memberikan kekuatan dan perhatian ekstra yang
diperlukan untuk mengatasi keadaan darurat mendadak, tetapi stres yang tidak
sesuai memiliki pengaruh yang signifikan pada fungsi fisiologis dan kognitif.
BAB
3
KESIMPULAN
& SARAN
A. KESIMPULAN
Ilmu akuntansi yang masih menjadi primadona dalam
upaya pemenuhan daya serap lapangan pekerjaan nyatanya masih menjadi senjata
utama berbagai perguruan tinggi negeri. Dibukanya program studi akuntansi
nyatanya dapat menarik masyarakat yang begitu luas. Terbukti, dengan
didudukinya peringkat ketiga sebagai program studi SOSHUM dengan ketetatan
paling tinggi di SNMPTN 2018 menjadikan ilmu akuntansi menjadi incaran para
mahasiswa.
Namun, dikarenakan kompleksitas substansi ilmu
akuntansi, tak jarang masyarakat – khususnya mahasiswa – beranggapan bahwa ilmu
akuntansi adalah ilmu yang sulit. Sehingga perlu adanya suatu upaya
pembelajaran tertentu agar bisa mengoptimalkan pemahaman ilmu akuntansi.
Neuroscience
sebagai salah satu bidang ilmu yang mempelajari
saraf-saraf otak merupakan cara jitu dan kunci dalam mempelajari suatu ilmu.
Otak kita memeliki struktur yang kompleks, namun jika kita mengetahui cara
mengoptimalkannya, itu berarti kita bisa mengupayakan berbagai hal, termasuk
mempelajari akuntansi dengan mudah.
Otak dengan kapasitas memori yang terbatas haruslah
kita pahami bersama. Menggunakan obat-obatan tertentu memang dapat meningkatkan
kemampuan otak kita, namun upaya dengan melatih otak secara tradisional dinilai
lebih efektif dalam mengoptimalkan kemampuan otak – khususnya masalah memori.
Kapasitas memori kerja kita memiliki keterbatasan
dalam memahami suatu hal yang kompleks secara bersamaan. Dalam hal ini,
memahami ilmu akuntansi harus dilakukan secara bertahap dan perlahan.
Pembelajaran secara telaten dan terus-menerus akan mengoptimalkan memori kerja
manusia sehingga pemahaman akan lebih efektif diwujudkan.
B. Saran
Perlu ada studi lebih lanjut mengenai pengoptimalan neuroscience dalam meningkatkan pola
belajar individu, lebih khusus lagi mengenai akuntansi. Akuntansi dengan
substansi materi yang begitu kompleks, harus dipermudah dengan neuroscience.
Perlu juga adanya penemuan suatu metode yang mudah dan
aplikatif dalam upaya mendorong pembelajaran akuntansi. Selain itu, dikarenakan
otak menyimpan begitu banyak misteri, perlu ada sosialisasi lebih lanjut
mengenai implementasi neuroscience dalam
kehidupan sehari-hari, khususnya dalam dunia pendidikan.
DAFTAR
PUSTAKA
Baddeley, A. (2003). Working memory: Looking back and looking forward. Nature Reviews.Neuroscience, 4(10),
829-839.
Camerer, C., Loewenstein, G., & Prelec, D. (2005). Neuroeconomics:
How neuroscience can inform economics. Journal
of Economic Literature, 43(1), 9-64.
Daw, N. D., & Shohamy, D. (2008). The Cognitive Neuroscience Of
Motivation And Learning. Social Cognition,
26(5), 593-620.
Downey, G, & Lende, D 2012, The
Encultured Brain : An Introduction To Neuroanthropology, Cambridge, Mass:
The MIT Press, eBook Collection (EBSCOhost), EBSCOhost, dilihat 1 Juli 2018.
Eriksson, J., Vogel, E. K., Lansner, A., Bergström, F., & Nyberg, L.
(2015). Neurocognitive architecture of working memory. Neuron, 88(1), 33-46.
Goswami, U 2004, 'Neuroscience and education', British Journal Of Educational Psychology, 74, 1, pp. 1-14, Education
Research Complete, EBSCOhost.
Ibtisam, F. 2018. Pengumuman
SNMPTN 2018: Jurusan Dengan Ketetatan Persaingan Tertinggi. https://www.youthmanual.com/post/dunia-sekolah/persiapan-kuliah/pengumuman-snmptn-2018-jurusan-dengan-keketatan-persaingan-tertinggi. Diakses Tanggal
28 Juni 2018.
Khosrow-Pour,
M. 2013;2012;, Dictionary of Information
Science and Technology (2nd Edition), Information Science Reference (Isr),
US.
Knowland, V, & Thomas, M 2014, Educating the adult brain: How the
neuroscience of learning can inform educational policy, International Review Of Education / Internationale Zeitschrift Für
Erziehungswissenschaft, 60, 1, pp. 99-122, Education Research Complete,
EBSCOhost.
Kranzler, H.R., Korsmeyer, P. & Kranzler, H.R. 2008, Encyclopedia of Drugs, Alcohol &
Addictive Behavior, Gale, Cengage Learning, Farmington Hills.
Rabinovich, M, Friston, K, & Varona, P 2012, Principles Of Brain Dynamics : Global State Interactions,
Cambridge, Mass: The MIT Press, eBook Collection (EBSCOhost), EBSCOhost, dilihat
1 Juli 2018.
Thomas, M, & Johnson, M, 2008, New advances in understanding
sensitive periods in brain development, Current
Directions in Psychological Science, 17(1), 1–5.
No comments:
Post a Comment