Wednesday 21 June 2017

PKMUNJ 2 Mengajak Mahasiswa untuk Kritis!

Masih dalam nuansa yang sama. Yaitu dalam nuansa geloranga semangat dalam menjadi pemimlin dimasa depan. PKMUNJ kembali digelar dalam tajuk PKMUNJ 2 Jilid 1 dan 2.

PKMUNJ 2 jilid 1 dan 2 digelar pada hari sabtu dan minggu, 3 dan 4 Juni 2017. Masih dalam tema yang sama, Pemuda Masa Kini Pemimpin Masa Depan.

Bulan ramadhan yang kini tengah perlahan meninggalkan kita nyatanya tidak menyurutkan semangat para peserta PKMUNJ. Terbukti, peserta yang hadir dalam kedua rangkaian tersebut masih bertengger diangka 100an orang. Para peserta tersebut tentunya tetap semangat dalam melatih dirinya, khususnya dalam PKMUNJ 2.

Dalam PKMUNJ 2 jilid 1 kegiatan dibagi menjadi dua sesi. Dimana sesi pertama (08.30 WIB) adalah berupa pemaparan materi Management Issue sedang sesi kedua (setelah dzuhur) berupa sosio drama.

Sesi materi Management Issue diisi oleh pemateri yang begitu hebat. Yaitu bapak Arya sandhiyudha, yang merupakan penulis buku Arab Spring.

Beliau memaparkan bahwa Management Issue kiranya memiliki beberapa tipologi orang dalam menaganinya, ialah :
·         Pekerja (Worker)
·         Pemikir (Thinker)
·         Lobies (Bagian melobi, biasanya pada keseharian orang yang tenang dan tak banyak bicara)
·         Desaigner (Perencana jangka pendek, menegemen isu dalam bentuk menarik)
·         Selebriti (Karakter Humas, pemegang Live report, banyak penerangan)
·         Leader (Opinion leader, penekan keyakinan, pengelola SDM, Humas ke media)

Lanjut kepada sesi kedua, para peserta dibagi kedalam 4 kelompok besar yang masing-masing akan mendiskusikan isu nasional yang beredar selama ini. Seperti diantaranya isu TDL, Human Traficking, Narkoba, Korupsi, dll.

Setelah masing-masing kelompok mendiskusikan isunya masing-masing, setiap kelompokpun mentransformasikan isu yang telah mereka bahas kedalam bentuk socio drama. Socio drama yang disajikan pun memiliki genre yang beragam. Dari yang amat serius hingga genre komedi yang mengundang gelak tawa seluruh peserta.

Setelah rangkaian PKMUNJ 2 jilid 1 ditutup dengan socio drama yang amat memukau, rangkaian PKMUNJpun berlanjut keesokan harinya. PKMUNJ 2 jilid 2 menjadi penyambung rangkaian PKMUNJ berikutnya.

Pada hari itu, terdapat hal yang berbeda dari hari-hari sebelumnya, yaitu waktu kedatangan peserta yang dimulai sejak 09.30 WIB. Namun tentunya hal tersebut tidak menyurutkan niat peserta untuk menjadi pemimpin dimasa depan.

PKMUNJ 2 Jilid 2 pun kembali dinagi menjadi dua kegiatan, yaitu pemaparan presentasi penugasan dari peserta dan diskusi isu dalam kampus.

Pada pemaparan presentasi, setiap kelompok peserta akan mempresentasikan tentang penugasan kunjungannya ke kementrian dan BEM kampus lain. Masing-masing kelompok memaparkan dengan ciri khasnya masing-masing, baik itu ciri khas individu, kelompok dan juga substansial materinya.

Sedang dalam sesi kedua, peserta diajak untuk kritis kembali! Isu yang disajikan kali inipun adalah bukan isu yang berskala besar namun tidak boleh diremehkan. Yaitu isu dalam kampus UNJ.

Antara lain adalah isu mengenai kinerja UPT, parkiran, UKT, dll. Dan mengingat ini adalah isu yang amat dekat dengan mahasiswa, dinamika yang terjadi dalam diskusipun amat panas. Masing-masing menyampaikan pendapat, tak jarang keluh kesahnya akan permasalahan kampus UNJ. Hingga pada akhirnya, diakusi pun menutup rangkaian PKMUNJ 2.

Monday 12 June 2017

PKMUNJ1 Menghadirkan Pembicara Hebat!




Kepemimpinan merupakan suatu keniscayaan yang dimiliki dalam setiap diri manusia. Namun, terkadang kemimpinan membutuhkan momentum yang tepat agar ia dapat mucul dari pribadi seseorang. Dan tentunya, selain butuh momentum yang tepat, hal itu perlu dilatih agar dapat terealisasi denganbaik.

BEM UNJ sebagai salah satu organisasi pemerintahan tertinggi di kampus UNJ melihat urgensi dari seorang pemimpin dan kepemimpinan. Dan hal itupun menggerakkan BEM UNJ untuk menyelenggarakan agenda pelatihan bagi para calon pemimpin masa depan, yaitu mahasiswa Universitas Negeri Jakarta.

Menjawab tanatangan dinamisasi zaman, Pelatihan Kepemimpinan Universitas Negeri Jakarta 2017 hadir ditengah-tengah krisis kepemudaan di bumi pertiwi. 

Tajuk yang dibawa dalam PKMUNJ 2017 ini adalah “Pemuda Masa Kini, Pemimpin Masa Depan”, dimana para mahasiswa yang notabene seorang “Pemuda” kelak akan siap menyonsong masa depannya sebagai seorang pemimpin. PKMUNJ 2017 ini dilaksanakan dalam beberapa rangkaian, diantaranya Briefing, PKMUNJ 1 Jilid 1, PKMUNJ 1 Jilid 2, PKMUNJ 2 Jilid 1, PKMUNJ 2 Jilid 2 dan PKMUNJ 2. 

Tanggal 4 Juni 2017 telah diadakan rangkaian PKMUNJ, yaitu Briefing dan PKMUNJ 1 Jilid 1. Dimana agenda ini dimulai dengan kedatangan peserta yang cukup antusias, yaitu sejak pukul 08.00 WIB. 

Pada agenda briefing, Ketua BEM UNJ, Miqdad Ramadhan memaparkan bahwa pemuda yang akan menjadi pemimpin kelak harus menjawab tantangan zaman. Dan pemuda harus mempertajam pengetahuannya dan belajar dari sejarah. Seperti halnya para pemimpin pada zaman Kekhalifahan dahulu kala. 

Dalam agenda briefing juga dipaparkan berbagai macam peraturan-peraturan pelaksanaan PKMUNJ yang mendapat respon yang cukup atraktif dari para peserta. Tak lupa, penugasan yang diberikan pun cukup menantang bagi para peserta, hingga lontaran pertanyaan pun terus berdatangan kepada pihak panitia. Dan pada akhirnya, sesi pemaparan penugasanpun menjadi penutup dari agenda Briefing PKMUNJ.

Agendapun berlanjut pada PKMUNJ 1 Jilid 1 yang dimulai setelah istirahat dan sholat dzuhur. Pada PKMUNJ 1 Jilid 1 ini peserta kedatangan tamu istimewa, yaitu ka Bambang Irawan. Yang merupakan Koordinator Pusat Aliansi BEM SI tahun 2015.

Ka bambang datang dengan membawa amunisi berupa materi public relation. Dalam materi ini dijelaskan bahwa public relation itu sangat penting dalam kehidupan, sebab relasi merupakan suatu elemen penting yang harus diperhatikan oleh seseorang terutama dalam menjalani kehidupan sosial. Tanpa disadari relasi dapat membawa pengaruh yang cukup banyak karena dengan adanya relasi dapat mempermudah kita juga bila membutuhkan sesuatu seperti link ke perusahaan, pekerjaan, dan lain-lain. Dalam sebuah organisasi, public relation juga sangat dibutuhkan supaya organisasi-organisasi yang ada dikampus dapat menjadi organisasi yang kuat.

Di satu minggu berikutnya, yaiu tepatnya 10 Juni 2017, PKMUNJ juga memasuki babak selanjutnya, yaitu PKMUNJ 1 Jilid 2. Dalam rangkaian ini BEM UNJ, khususnya PKMUNJ berusaha untuk mewujudkan ekspektasi peserta dalam hal memfasilitasi peserta untuk menjadi seorang pemimpin.
Seperti pada hari sebelumnya dalam PKMUNJ, PKMUNJ 1 Jilid 2 juga kembali terbagi dalam 2 sesi. Yaitu sesi pertama yang dimulai pada pukul 08.00 WIB dan sesi kedua yang dimulai apda pukul 13.00 WIB. 

Pada sesi pertama, para peserta kedatangan tamu yang begitu hebat, yaitu Bapak M. Rusdi. Beliau  menyampaikan  tentang rekayasa sosial, yaitu suatu tindakan yang dilakukan untuk melakukan perubahan sosial. Perubahan sosial menurut Max Weber merupakan perubahan situasi dalam masyarakat sebagai akibat adanya ketidaksesuaian unsur-unsur nilai dan norma sosial yang dianut selama ini. Orang yang diam akan tergilas oleh perubahan dan mengingkari hakekatnya sebagai makhluk Allah yang bergerak. Tujuan dari perubahan sosial sediri yaitu untuk menciptakan sebuah tatanan sosial (masyarakat) ekonomi budaya, politik yang lebih baik (bekeadilan, beradab, dan sejahtera). Perubahan sosial yang terjadi akibat adanya faktor-faktor yang mendukung seperti pengetahuan, modal sosial, modal capital, teknologi, birokrasi dan metodeogi.

  Dengan adanya perubahan sosial maka ada pula tantangannya seperti yang dialami oleh Indonesia yaitu 70 juta masyarakat Indonesia belum terakses jaminan kesehatan, upah minimum buruh hanya 1:15 dari Eropa dan Australia, jaminan pensiun di Indonesia termasuk terendah di dunia, hutang yang terus naik, dan lain-lain. Kita tidak perlu takut dalam menghadapi perubahan yang ada, gunakanlah stategi mewujudkan perubahan dengan membangun kesadaran individu dan hijrah serta siap membangun tatanan baru masyarakat. Adapun peran mahasiswa dengan rekonstruksi sistem pembelajaran yang efektif sehingga menghasilkan para pemimpin negeri di masa depan.

Sedang pada sesi kedua, para peserta pun kedatangan tamu yang tak kalah hebatnya, yaitu Bapak Moses Caesar S.Pd, Mse. Yang merupakan anggota DPR RI Komisi I. Paparan beliau tentang Counter Intelligence nampkanya banyak menyita perhatian para peserta. 

Beliau memaparkan bahwasanya Intelejen adalah menemukan dan menggunkan informasi untuk memenangkan kontes. Sedangkan kontra intelegen adalah mengalahkan lawan-lawannya untuk melakukannya dengan menghalangi atau memanipulasi informasi yang relevan. Hubungan antara intelegen dan kepentingan bangsa bisa jadi untuk melindungi segenap bangsa dan memajukan kesejahteraan umum serta mencerdaskan kehidupan bangsa  dengan ikut melakukan ketertiban dunia. Yang perlu kita lakukan adalah membaca sinyal masa depan dan emerging issue yaitu harus bisa mebaca issue-issue yang muncul dan diinterpretasikan apa maknanya dan darimana asalnya, setelah aware terhadap issue kita akan bisa membaca issue. 3 cara membaca signal yaitu dengan cara wild card (perubahan yang tiba-tiba, penting, tidak biasa dan mengancam peluang besar), weak signal (discontinue dan mengejutkan), dan strong signal.

Dan pemaparan materi tersebut pada akhirnya mengakhiri rangkaian PKMUNJ I. Masih terdapat 3 rangkaian lagi yang akan dilewati para peserta. Dan tentunya peserta akan dengan antusias untuk mengikuti sisa rangkaian tersebut demi menjadi seorang pemimpin.

Saturday 25 February 2017

Menjadi Kupu – kupu adalah pilihan, namun produktif adalah keharusan !

Tak kurang dari beberapa hari lagi, UNJ akan memasuki babak baru dalam lembar kegiatan akademiknya. Hari yang mungkin ditunggu – tunggu oleh sebagian orang, namun tak sedikit pula yang masih ingin untuk mengulur datangnya hari tersebut. Yaitu hari pertama perkuliahan semester 106.

Euforia pun pastinya berdatangan dalam rangka menyambut semester genap yang sebentar lagi akan kita jumpai. Mulai dari rasa kangen antar sesama teman sekelas yang sudah dipisahkan oleh lamanya waktu liburan atau bahkan rasa kangen untuk hanya sekedar nongkrong pada tempat favorit dikampus. Tak sampai disitu saja, nampaknya euforia pun datang dari para kaum organisatoris kampus.

Sudah selayaknya bahwa tongkat estafet kepemimpinan dipergilirkan dari generasi ke genarasi. Tak terlepas, tongkat kepemimpinan dalam mengelola organisasi. Ya, itupun yang sekarang ini atau bahkan sejak awal tahun 2017 sedang dirasakan oleh para organisatoris kampus.

Momentum awal perkuliahan nampaknya menjadi momentum yang paling ditunggu – tunggu bagi mereka yang mencari kader – kader yang akan membersamai mereka dalam berjuang pada organisasi masing – masing. Tak pelik, inipun menjadi bahan perbincangan hangat, khususnya bagi para mahasiswa baru yang haus akan penjelajahan intelektualnya.

Tentunya para mahasiswa akan saling bertanya satu sama lainnya, “eh lu daftar ini ga? Eh lu udah nyiapin berkas belom? Eh nanti wawancara ditanyain apa aja ya?”. Tentunya pertanyaan – pertanyaan itupun tidak hanya dirasakan oleh para mahasiswa baru, para mahasiswa yang sudah lebih dulu merasakan penjelajahan intelektual dikampus pun juga merasakannya, tak terlepas penulis.

Yaaa… memang inilah yang menjadi keresahan bagi sebagian mahasiswa, tidak terlepas penulis. Namun ternyata, maraknya oprek sana – sini nampaknya menimbulkan “eksklusifitas” tersendiri bagi mereka yang berambisi untuk mewujudkan keinginnya bergabung organisasi. Sehingga hal itupun membuat sebagian orang enggan untuk mengikuti jalan yang serupa.

Tak jarang, mereka yang memilih untuk tidak mengikuti jalan yang serupa dengan rekannya tersebut (re: organisatoris) dicap sebagai mahasiswa “kupu – kupu” dan dipandang sebelah mata. Lantas apakah mereka salah? apakah tidak menjadi mahasiswa organisatoris salah? Apakah menjadi mahasiswa kupu – kupu itu salah?

Pada konteks permasalahan ini, penulis mencoba untuk mengingatkan pembaca bahwasanya kita harus senantiasa menanamkan sikap husnudzon dalam diri kita. Bukan berarti ketika kita memiliki teman yang hanya “hidup” diruang perkuliahan saja itu berarti mereka “mati” diluar ruang perkuliahan. Bisa saja, nyatanya mereka akan lebih “hidup” diluar sana namun kehidupannya tidak nampak oleh kita. Itulah analogi yang coba dipaparkan oleh penulis.

Pada dasarnya tidak semua mahasiswa kupu – kupu itu tidak memiliki agenda lain selain kuliah. Bisa saja mereka nyatanya menjadi seorang entrepreneur diluar sana atau bahkan menjadi aktivis di lingkungan rumahnya atau bahkan mereka adalah pemburu pundi – pundi rezeki untuk menopang finansial perkuliahannya. That’s the point. “Menjadi kupu – kupu adalah pilihan, namun produktif merupakan keharusan!”.

Pada dasarnya, semangat produktivitaslah yang harus ditanamkan kepada seluruh mahasiswa. Bahwasanya kehidupan tidak seindah pun tidak hanya serumit dalam ruang perkuliahan saja. Nyatanya kehidupan jauh lebih kompleks dari sekedar membuat karya tulis atau bahkan presentasi semata.

Jika ingin menjadi organisatoris, jadilah organisatoris yang tidak apatis! Jika ingin menjadi aktivis, jadilah aktivis yang humanis ! Jika ingin menjadi akademisi, jadilah akademisi yang berprestasi ! Jadilah apapun semaumu selama itu bermanfaat. Namun tidak menjadi apa – apa bukanlah suatu jawaban apalagi impian.

Setiap impian merupakan pilihan. Setiap pilihan mengandung resikonya tersendiri. Menjadi organisatoris memiliki resiko akademis yang cukup dilematis karena kepadatan waktunya. Tidak menjadi organisatoris/aktivis (re: kupu – kupu) pun memliki resikonya tersendiri, diantaranya keberadaannya tidak dirasakan. Namun itu semua tidaklah salah.


Menjadi mahasiswa kupu – kupu dan menggelorakan kiprahmu diluar sana itu semua pilihanmu. Namun, alangkah lebih baik sebelum kita berenang dilautan lepas dengan ombak yang ganas, bukankah lebih baik kita berenang dikolam dengan air yang lebih tenang terlebih dahulu? J